Minggu, 13 Juli 2014

KEUTAMAAN 10 TERAKHIR RAMADHAN DAN LAILATUL QADAR

KEUTAMAAN 10 TERAKHIR RAMADHAN DAN LAILATUL QADAR


Saudaraku ikhwah fillah, yang dirahmati Allah SWT, betapa bahagianya kita masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya bulan suci yang penuh berkah(Ramadhan) tahun ini,

di sini saya akan mencoba menjabarkan beberapa keutamaan 10 hari terakhir pada bulan ramadhan dan Lailatul Qadar.

Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir Ramadhan :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر - أي العشر الأخير من رمضان - شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله . متفق عليه

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” Muttafaqun ‘alaihi

Keutamaan 10 Terakhir bulan Ramadhan :

Pertama : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.

Kedua : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka juga berjaga untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar keluarganya juga dapat meraih keuntungan besar pada waktu-waktu utama tersebut. Sesungguhnya itu merupakan ghanimah yang tidak sepantasnya bagi seorang mukmin berakal untuk melewatkannya begitu saja.

Ketiga : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 Terakhir ini, demi beliau memutuskan diri dari berbagai aktivitas keduniaan, untuk beliau konstrasi ibadah dan merasakan lezatnya ibadah tersebut.

Keempat : Pada malam-malam 10 Terakhir inilah sangat besar kemungkinan salah satu di antaranya adalah malam Lailatur Qadar. Suatu malam penuh barakah yang lebih baik daripada seribu bulan.

Keutamaan Lailatul Qadr

Di antara nikmat dan karunia Allah subhanahu wa ta’ala terhadap umat Islam, dianugerahkannya kepada mereka satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan. Suatu keutamaan yang tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya. Tahukah anda, malam apakah itu? Dia adalah malam “Lailatul Qadr”. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah I:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ *

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5)

Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata: “Bahwasanya (pahala) amalan pada malam yang barakah itu setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1000 bulan yang tidak ada padanya Lailatul Qadr. 1000 bulan itu sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di antara keutamaan malam yang mulia tersebut. Maka dari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk meraihnya, dan beliau bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)

Demikian pula Allah subhanahu wa ta’ala beritakan bahwa pada malam tersebut para malaikat dan malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut, karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mensifati malam tersebut dengan firman-Nya:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar

Allah subhanahu wa ta’ala mensifati bahwa di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya. Barangsiapa terhalangi dari kebaikan yang ada padanya, maka ia telah terhalangi dari kebaikan yang besar”. (Fatawa Ramadhan, hal. 848)

Wahai hamba-hamba Allah, adakah hati yang tergugah untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah …?!, adakah hati yang terketuk untuk meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan ini …?! Betapa meruginya orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan perbuatan yang sia-sia, apalagi dengan kemaksiatan kepada Allah.

Mengapa Disebut Malam “Lailatul Qadr”?

Para ulama menyebutkan beberapa sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:

1. Pada malam tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang akan datang), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ * [الدخان/3، 4]

“Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul Qadr). Pada malam itu dirinci segala urusan (takdir) yang penuh hikmah”. (Ad Dukhan: 4)

2. Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Ketaatan pada malam tersebut mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi mengalir. (Tafsir Ath-Thabari IV/200)

Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?

Malam “Lailatul Qadr” terjadi pada bulan Ramadhan.

Pada tanggal berapakah? Dia terjadi pada salah satu dari malam-malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878)

Lailatul Qadr terjadi pada setiap tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10 hari terakhir (bulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (dapat) berpindah-pindah. Terkadang terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak jumlahnya tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan ternyata ia terjadi pada malam ke-21″. (Fatawa Ramadhan, hal.855)

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr, dan lebih dimungkinkan lagi terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)

Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan t:

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ إِذَا قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ

Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya apabila beliau menjelaskan tentang Lailatul Qadr maka beliau mengatakan : “(Dia adalah) Malam ke-27″. (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Asy-Syaikh Muqbil dalam Shahih Al-Musnad)

Kemungkinan paling besar adalah pada malam ke-27 Ramadhan. Hal ini didukung penegasan shahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu :

عن أبي بن كعب قال : قال أبي في ليلة القدر : والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين

Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadr) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)

Tanda-tanda Lailatul Qadr

Pagi harinya matahari terbit dalam keadaan tidak menyilaukan, seperti halnya bejana (yang terbuat dari kuningan). (H.R Muslim)

Lailatul Qadr adalah malam yang tenang dan sejuk (tidak panas dan tidak dingin) serta sinar matahari di pagi harinya tidak menyilaukan. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Al Bazzar)

Dengan Apakah Menghidupkan 10 Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadr?

Asy-Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz dan Asy Syaikh Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk mengerjakan shalat (malam), membaca Al-Qur’an, dan berdo’a daripada malam-malam selainnya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)

Demikianlah hendaknya seorang muslim/muslimah … Menghidupkan malam-malamnya pada 10 Terakhir di bulan Ramadhan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala; shalat tarawih dengan penuh iman dan harapan pahala dari Allah I semata, membaca Al-Qur’an dengan berusaha memahami maknanya, membaca buku-buku yang bermanfaat, dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a serta memperbanyak dzikrullah.

Di antara bacaan do’a atau dzikir yang paling afdhal untuk dibaca pada malam (yang diperkirakan sebagai Lailatul Qadr) adalah sebagaimana yang ditanyakan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah jika aku mendapati Lailatul Qadr, do’a apakah yang aku baca pada malam tersebut?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bacalah:

اللهم إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi Maaf, Engkau suka pemberian maaf, maka maafkanlah aku”. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maka hendaknya pada malam tersebut memperbanyak do’a, dzikir, dan istighfar.

Apakah pahala Lailatul Qadr dapat diraih oleh seseorang yang tidak mengetahuinya?

Ada dua pendapat dalam masalah ini:

Pendapat Pertama: Bahwa pahala tersebut khusus bagi yang mengetahuinya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Ini adalah pendapat kebanyakan para ulama. Yang menunjukkan hal ini adalah riwayat yang terdapat pada Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh:

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا

“Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”

{kalimat فيوافقها di sini diartikan: mengetahuinya (bahwa itu Lailatul Qadr), pen-}

Menurut pandanganku pendapat inilah yang benar, walaupun aku tidak mengingkari adanya pahala yang tercurahkan kepada seseorang yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadr dalam rangka mencari Lailatul Qadr dalam keadaan ia tidak mengetahui bahwa itu adalah malam Lailatul Qadr”.

Pendapat Kedua: Didapatkannya pahala (yang dijanjikan) tersebut walaupun dalam keadaan tidak mengetahuinya. Ini merupakan pendapat Ath-Thabari, Al-Muhallab, Ibnul ‘Arabi, dan sejumlah dari ulama.

Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah merajihkan pendapat ini, sebagaimana yang beliau sebutkan dalam kitabnya Asy-Syarhul Mumti’:

“Adapun pendapat sebagian ulama bahwa tidak didapatinya pahala Lailatul Qadr kecuali bagi yang mengetahuinya, maka itu adalah pendapat yang lemah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dalam keadaan iman dan mengharap balasan dari Allah I, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222)

Rasulullah tidak mengatakan: “Dalam keadaan mengetahui Lailatul Qadr”. Jika hal itu merupakan syarat untuk mendapatkan pahala tersebut, niscaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pada umatnya. Adapun pendalilan mereka dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِفَيُوَافِقُهَا

“Barangsiapa yang menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr dan menepatinya.”

Maka makna فيوافقها di sini adalah: bertepatan dengan terjadinya Lailatul Qadr tersebut, walaupun ia tidak mengetahuinya”.

Semoga anugerah Lailatul Qadr ini dapat kita raih bersama, sehingga mendapatkan keutamaan pahala yang setara (bahkan) melebihi amalan 1000 bulan. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Hal-Hal Yang Membatalkan Pahala Puasa


Hal-Hal Yang Membatalkan Pahala Puasa

Alhamdulillah, sekarang kita semua sudah memasuki hari ke-16 di bulan Ramadhan. Perlu dicermati bahwa seseungguhnya di dalam puasa terdapat ibadah lahir dan batin. Baiklah kami saya akan membahas bagaimana/hal-hal yang sebenarnya bisa merusak amalan/pahala puasa dengan melakukan dosa batin yang selama ini tidak kita sadari akibatnya.
Menurut Ijma' Ulama Ada beberapa hal yang bisa membatalkan pahala puasa itu yaitu :
 
1.  Meninggalkan sholat wajib yang 5 waktu dengan sengaja.
2.  Tidur Terlalu berlebihan sehingga terlewat waktu sholat.
3.  Berdusta.
4.  Ghibah (menyebut kejelekan orang pada lain orang) dan 
5.  Memaki (saling memaki, mencaci maki)


Karena sabda Nabi s.a.w. :
منْ لمْ يد عْ قوْ ل الذّ ورواْ لعمل به فليْس للّه حا جتٌ في انْ يدع طعامه وشرابه
Siapa yang tidak meninggalkan kata dusta (bohong) dan perbuatannya maka Allah tidak berhajat padanya untuk meninggalkan makan minumnya. (H.R.Bukhori)

Juga Nabi SAW bersabda :
رب صا يمٍ ليْس له منْ صيامه الاّ الظّما
Adakalanya orang yang puasa itu mendapat pahala apa-apa dari puasanya kecuali haus. (H.R Annasa’i)

Juga Nabi s.a.w. bersabda ;
ليس الصّيامن الطّعا م و الشّراب انمّماالصّيام من اللّغْووالرّفث
"Bukan yang bernama puasa itu sekedar menahan makan minum, tetapi puasa yang sungguh itu menahan diri dari laghu (lelahan, perkataan tidak ada gunanya) dan kata-kata yang keji." (H.R. menurut syarah Muslim)
Seorang ulama salaf  berkata : Seringan-ringan puasa itu meninggalkan makan dan minum. Maka jika anda puasa hendaknya pendengaran, penglihatan dan lidahmu terpelihara dari dusta dan semua yang haram, dan tinggalkan gangguan (jangan mengganggu) tetangga.
Ketahuilah : Bahwa taqarrub mendekat pada Allah dengan meninggalkan yang mubah itu, tidak sempurna kecuali sesudah taqarrub kepada Allah dengan meninggalkan yang haram. Maka siapa yang mendekat pada Allah dengan meninggalkan yang mubah, tetapi ia tetap melakukan yang haram, maka hal itu sama dengan orang yang meninggalkan fardhu kemudian akan mendekat pada Allah dengan mengerjakan yang sunnat.
Meskipun puasanya itu sah menurut pendapat Jumhurul ulama', yakni tidak wajib mengqadhai, tetapi Alauza'i berkata ; Puasa itu batal dengan dusta dan ghibah, berdalil pada sabda Nabi s.a.w. :
خمْس خصالٍ يفْطرْن الصّايئم وينْقض الوضولء :
الكذب واْلغيْبةوالغيْبةوالنّميْمةوالنّظربشهْوةٍوالْيمين الكاذبة
Lima macam yang membatalkan puasa, dan membatalkan wudhu . Dusta, dan ghibah, dan namimah (mengadu-adu), dan melihat wanita yang bukan mahram dengan syahwat dan sumpah palsu (dusta).
(H.R. Al-azdi dan Addailami dari Anas r.a.).
Dan dalam musnad Imam Ahmad :
Ada dua wanita yang sedang puasa dimasa Rasulullah SAW tiba tiba pada sore hari keduanya merasa payah karena sangat lapar dan haus hampir pingsan keduanya, maka keduanya mengutus orang pergi kepada Nabi SAW untuk minta izin akan berbuka (membataikan puasanya), maka Nabi s.a.w. mengirim pada keduanya gelas dan menyuruh keduanya muntah didalamnya apa yang telah dimakan itu. Tiba-tiba yang satu muntah darah dan daging mentah, dan yang kedua juga begitu sehingga penuh gelas itu, dan orang-orang merasa heran (ajaib), lalu Nabi SAW bersabda :
"Keduanya puasa dari apa yang dihalalkan Allah, dan makan apa yang diharamkan oleh Allah, sebab yang satu pergi pada yang lain untuk duduk bersama ghibah (membicarakan kejelekan orang), maka itulah bukti apa yang mereka makan dari daging orang-orang."
Abu Mas'uud Al Anshari r.a. berkata : Tiada seorang hamba yang puasa bulan Ramadhan dengan tenang dan diam, dan dzikir pada Allah, menghalalkan yang halal (ya'ni mengerjakan yang halal) dan meninggalkan yang haram, dan tidak melakukan kekejian, melainkan ia terlepas dari Ramadhan pada sa'at selesainya, sedang dosa-dosanya telah diampunkan semuanya, dan dibangunkan untuknya untuk tiap membaca subhanallah dan La ilaha illallah sebuah rumah dalam sorga dari zumrud yang hijau, didalamnya ada yaqut yang merah, dan didalam yaqut itu ada kemah dari permata yang lobang yang didalamnya ada bidadari.
Saudaraku perhatikan puasamu, dan jagalah dari apa yang dapat membatalkannya atau tertolaknya, sebab ada keterangan : Jika seorang yang teraniaya itu berpegangan dengan hasanat puasanya orang yang menganiayanya, maka
Allah berfirman :
" Puasa itu untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, karena itu jangan kamu rusakkan puasamu dengan melanggar batas-batas hukum Allah, dan benar-beriar tinggalkan semua pelanggaran dalam bulan Ramadhan, sebab bulan ini bulan kebersihan, dan beramal setepat-tepatnya. Maka sungguh untung orang yang puasa dari syahwat hawa nafsunya, dan bangun di malam yang sunyi untuk membaca ayat-ayat Allah, maka Allah akan memperlipatgandakan pahala puasa mereka, dan menjanjikan untuk mereka gedung-gedung dan bilik-bilik."
Sajak sya'ir :
Syahrus shiyami laqad alauta mukarrama, wa ghadauta minbahiisy syuhurl mu'adh dhama. Ya sha'imi ramadhana hadza syahrukum, fihi abahakumul muhaiminu maghnama Ya fauza.man fihi atha'a ilahahu mutaqarriban mutajanniban maharrama. Falwailu kullul waili lil aashilladzi fi syahrihi akalal harama wa ajranfia.
Bulan puasa, sungguh kamu telah mencapai kehormatan setinggi-tingginya. Dan kamu diantara lain-lain bulan yang amat mulya dan diagungkan. Wahai orang yang puasa bulan Ramadhan, inilah bulanmu, didalamnya Tuhan akan memberikan padamu keuntungan. Alangkah untungnya orang yang ta'at pada Tuhan didalamnya, mendekat pada-Nya, dan meninggalkan yang diharamkan. Dan ancaman berat bagi orang yang ma'siat, yang didalam bulan ini ia hanya makan yang haram dan berbuat durhaka.


Kamis, 10 Juli 2014

HUKUM BERBUKA PUASA DI BULAN RAMADAN TANPA ADA UZUR

HUKUM BERBUKA PUASA DI BULAN RAMADAN TANPA ADA UZUR
Saya tidak berpuasa, apakah akan disiksa di hari kiamat?


Alhamdulillah
ibadah Puasa di bulan Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang menjadi salah satu pondasi bangunan Islam. Allah telah memberitahukan kewajibannya terhadap orang-orang mukmin dari umat ini. Sebagaimana yang diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (سورة البقرة: 183)
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dan firman-Nya, "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185)
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 8 dan Muslim, no. 16 dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, "Islam dibangun di atas lima (perkara); Bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji dan puasa di bulan Ramadan."
Barangsiapa yang meninggalkan puasa, maka dia telah meninggalkan salah satu Rukun Islam, dan melakukan salah satu dosa besar. Bahkan sebagian ulama salaf berpendapat kufur dan keluar dari Islam. Nauzubillah min dzalik.
Terdapat riwayat dari Abu Ya’la dalam musnadnya, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhua dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
عُرَى الإِسْلاَمِ وَقَوَاعِدُ الدِّينِ ثَلاَثَةٌ ، عَلَيْهِنَّ أُسِّسَ الإِسْلاَمُ ، مَنَ تَرَكَ وَاحِدَةً مِنْهُنَّ فَهُوَ بِهَا كَافِرٌ حَلاَلُ الدَّمِ: شَهَادَةُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَالصَّلاَةُ الْمَكْتُوبَةُ ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ
(والحديث صححه الذهبي ، وحسنه الهيثمي في مجمع الزوائد (1/48) والمنذري في الترغيب والترهيب برقم 805 ، 1486 ، وضعفه الألباني في السلسة الضعيفة برقم 94)
"Ikatan kuat Islam dan pondasi agama ada tiga, di atasnya Islam dibangun. Barangsiapa yang meninggalkan salah satu darinya, maka dia kafir halal darahnya; Bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah, shalat wajib dan puasa Ramadan."
(Hadits dishahihkan oleh Adz-Dzahabi, dihasankan oleh Haitsami dalam Majma Az-Zawaid, 1/48. Dan Munziri di Targib Wa Tarhib no, 805, 1486. Serta dilemahkan Al-Albany di Silsilah Dhaifah, no. 94)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkomentar dalam kitab Al-Kabair, hal, 64: "Telah menjadi ketetapan bagi orang-orang mukmin bahwa barangsiapa meninggalkan puasa Ramadan tanpa sakit dan tanpa tujuan (yakni tanpa ada uzur yang diperbolehkan), dia lebih buruk dari pezina, pecandu minuman keras. Bahkan diragukan keislamannya dan dituduh dia sebagai zindiq dan ateis."
Di antara riwayat shahih terkait dengan ancaman bagi yang meninggalkan puasa adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah, 1986. Ibnu Hibban, 7491 dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu anhu, dia berkata, saya mendengar Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
 بينا أنا نائم إذ أتاني رجلان فأخذا بضبعيّ ( الضبع هو العضد ) فأتيا بي جبلا وعِرا ، فقالا : اصعد . فقلت : إني لا أطيقه . فقالا : إنا سنسهله لك . فصعدت حتى إذا كنت في سواء الجبل إذا بأصوات شديدة ، قلت : ما هذه الأصوات ؟ قالوا : هذا عواء أهل النار . ثم انطلق بي فإذا أنا بقوم معلقين بعراقيبهم ، مشققة أشداقهم ، تسيل أشداقهم دما ، قلت : من هؤلاء ؟ قال : هؤلاء الذين يفطرون قبل تحلة صومهم (صححه الألباني في صحيح موارد الظمآن، 1509)
“Aku bermimpi didatangi dua orang membawa pundakku. Keduanya membawaku ke gunung yang  terjal. Keduanya berkata: Naiklah! Aku menjawab: “Aku tidak mampu.” Keduanya mengatakan: “Kami akan membantu  memudahkanmu. Maka aku mendaki, ketika sampai di puncak gunung, tiba-tiba terdengar suara melengking keras. Aku: “Suara apa itu? Mereka menjawab: “Itu adalah suara penghuni neraka.” Kemudian dia berangkat lagi membawaku, ternyata saya dapati suatu kaum yang bergantungan tubuhnya mulutnya pecah dan mengeluarkan darah. Saya bertanya: ”Siapa mereka?” Dia berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum dibolehkan (waktunya) berbuka puasa.”. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Mawarid Adz-Dzam’an, no. 1509)
Al-Albany rahimahullah bekata, "Ini adalah balasan orang yang berpuasa kemudian berbuka secara sengaja sebelum waktu berbuka. Apalagi bagi mereka yang asalnya  memang tidak berpuasa. Kita memohon kepada Allah keselamatan dan kebaikan di dunia dan akhirat."
Nasihat bagi penanya, hendaknya bertakwa kepada Allah Ta’ala, hati-hati akan bencana, kemarahan-Nya serta sakitnya siksaan-Nya. Bersegerahlah bertaubat sebelum ajal menjemput anda. Karena sekarang adalah saatnya berama dan belum ada perhitungan. Sedangkang besok (hari kiamat) adalah masa perhitungan, tidak ada kesempatan beramal.
Ketahuilah barangsiapa bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah sejengkal, maka Allah akan mendekatinya sehasta. Dia Maha Dermawan, Maha Kasih sayang yang berfirman:
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (سورة التوبة: 104)
"Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?." (QS. At-Taubah: 104)
Jika anda mencoba berpuasa dan anda dapatkan ada kemudahan, keindahan, ketenangan dan dekat dengan Allah, anda tidak akan meninggalkannya.
Perhatikan firman Allah Ta’ala diakhir ayat tentang puasa,
"Allah mengingikan kepada kamu semua kemudahan dan tidak menginginkan kamu semua kesulitan."
Juga firman-Nya,
"Agar supaya kamu semua bersyukur."
Agar diketahui bahwa nikmat puasa berhak untuk disyukuri. Oleh karena itu sekelompok ulama salaf berangan-angan agar sepanjang tahun semuanya Ramadan.
Kami memohon kepada Allah agar memberi taufik, memberi petunjuk kepada anda. Dan melapangkan dada anda agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam .

Senin, 07 Juli 2014

Siksaan Orang Berzina

Siksaan Orang Berzina seperti kita telah ketahui, Zina, adalah suatu perbuatan yang kotor, keji. Satu pekerjaan atau perbuatan terkutuk, bagi yang melakukannya, akan memperolehi dosa yang besar. Satu pekerjaan laknat, satu pekerjaan syaitan dan perbuatan yang sesat. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Quran yang berbunyi (maksudnya): "Janganlah kamu hampiri akan pekerjaan zina itu, sesungguhnya (perbuatan zina itu) sangat keji dan jalan yang sesat. (Al-Isra' 32) Berbuat jahat (zina) adalah perbuatan keji sekali, kerana dari kejahatan itu terjadi bencana dan kemelaratan, seumpama "penyakit perempuan" dan lainnya. Dan akibat perzinaan itu, apabila lahir anak dari perbuatan zina itu, maka tidaklah tahu siapakah waris sebenar anak itu dan teranglah akan rosak pewaris yang sebenar-benarnya. Memanglah perbuatan zina itu sangat kotor, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Daulah Islamiah, kepada sesiapa yang berzina itu dijatuhkan hukuman 100 kali sebatan, sebagaimana tersebut firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab suci Al-Quran yang berbunyi (maksudnya): "Perempuan-perempuan dan laki-laki yang berzina hendaklah keduanya didera, masing-masing 100 kali sebatan. Janganlah sayang terhadap kedua-duanya dalam menjalankan agama Allah jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Hendaklah hadir ketika menyeksa (hukuman dera itu dijalankan) keduanya, satu golongan dari orang-orang mukmin." (An-Nur 2) Di dunia ini saja sudah begitu hebat kutukan dan deraan yang akan di terima oleh orang yang berzina itu, apatah lagi hukum dan balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak di akhirat. Menurut yang sering dijelaskan oleh mubaligh-mubaligh dalam pandangan yang diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sewaktu baginda israk iaitu: Baginda melihat beberapa manusia laki-laki perempuan, di hadapan mereka terdapat dua piring yang berisi daging. Satu di antaranya berisi daging yang segar dan satu piring lagi berisikan daging yang busuk dan sangat keji, tetapi manusia-manusia itu terus menjemput dan memakan daging yang busuk itu sahaja, dan daging yang segar itu, sedikit tidak disentuhnya. Inilah sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang berzina, ia ada mempunyai isteri yang halal, tetapi masih suka mencari perempuan lacur dan haram, atau jalan yang baik masih ada yang dapat di tempuh, iaitu nikah, tetapi tidak mahu. Hanya bergaul sebagai kambing sahaja antara keduanya. Dalam perjalan israk itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat juga satu kumpulan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang sangat hebat penyeksaannya dan azab yang ditimpakan kepada mereka. Mereka digantung pada dadanya dengan rantai api neraka. Sedang dari faraj mereka keluar nanah dan danur yang sangat busuknya sehingga teramat busuknya, ahli neraka sendiri mengharapkan dan mengeluh dan meminta agar mereka-mereka ini dijauhkan dari mereka. Inilah manusia-manusia sewaktu hayatnya, melacur dan berzina, demikianlah ditunjukkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai perumpamaannya. Menurut hadis mengenai bagaimana hebatnya seksaan bagi orang-orang yang berzina adalah sebagai tersebut di bawah ini. Menurut satu riwayat daripada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, baginda bersabda: Takutlah kamu berbuat zina, kerana bagi orang yang mengerjakan zina itu, akan diberi enam jenis bala/seksa: Tiga seksa sewaktu di dunia iaitu dengan berbuat pekerjaan terkutuk itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengurangkan rezekinya dan menghilangkan keberkatan, umurnya, dan sewaktu dicabut nyawanya, kelak dengan tidak ada rahmat dan belas kasihan sedikit juga padanya. Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bermaksud: "Jauhilah oleh kamu akan zina kerana kecelakaannya ada empat macam: Hilang kebagusan pada mukanya, disempitkan rezekinya dan kemurkaan Allah atasnya dan menyebabkan kekekalannya di dalam neraka." (Riwayat Thabrany An Ibni 'Abbas) Dan di akhirat kelak, sangatlah kemurkaan Allah atasnya, sangatlah pertanggunganjawab yang ditimpakan kepadanya dan ia akan diseret ke neraka dengan dirantai. Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bermaksud: "Dan siapa-siapa yang berzina dengan seorang perempuan, sewaktu berbangkit dari kuburnya kelak, sesungguhnya ia merasai sangat kehausan." Berdasarkan kepada hadis-hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut, sesungguhnya sangatlah pedih dan ngerinya azab dan seksaan yang akan diterima oleh orang yang melakukan perbuatan yang durjana itu. Dari itu, hendaklah dan wajiblah kita jauhi, kalau benar-benar kita mempercayai Al-Quran dan hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, haruslah kita jauhi dari sebab-sebab yang menyebabkan dan menghampirkan jatuhnya kepada perbuatan zina itu. Kelakuan-kelakuan yang mengakibatkan zina itu diantaranya ialah pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan. Pergaulan bebas antara pemuda dan pemudi, atau antara laki-laki dan perempuan itu, sesungguhnya sangat berbahaya dan itu akan mengakibatkan terbitnya perbuatan durjana atau zina. Patut benar kita insafi apa yang dikatakan salah seorang ulama, Syekh Musthafa Alhammamy pernah berkata yang bermaksud: "Sesungguhnya kemerdekaan pergaulan laki-laki dan perempuan di dalam dan di luar rumah, itulah sebab-sebab yang utama untuk menjatuhkan kepada kejahatan ini (zina). Dan itulah yang menyebabkan zina itu bertebar dengan seluas-luasnya. Siapa yang hendak menghilangkan dan mencabut dari akarnya, hendaklah dia melarang keluarganya dari pergaulan yang tidak terbatas itu." Itulah salah satu kata-kata dari seorang ulama kita, dan memang dalam agama pun perkara itu dilarang keras, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Thabrany yang bermaksud: "Jauhilah oleh kamu bersunyi-sunyi dengan perempuan. Demi Allah, tidak bersunyi dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan, melainkan masuklah syaitan diantara keduanya, dan bahawa bersentuhan seorang laki-laki akan khinzir yang berkubang dengan tanah/lumpur, lebih baik baginya daripada bersentuhan bahu dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya." Demikianlah larangan mengenai pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, atau antara pemuda dengan pemudi. Apatah lagi menari antara pemuda dan pemudi, antara laki-laki perempuan, sangatlah dilarang dan dikutuk serta akan menerima azab yang amat pedih di akhirat nanti." Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda yang bermaksud: "Dicucuk kepala kamu dengan jarum daripada besi lebih baik baginya daripada menyentuh kulit perempuan yang tidak halal baginya." Demikianlah halnya, sedang menyentuh sahaja, demikian hebat seksanya dan apakah pada waktu menari itu tidak menyentuh satu dengan yang lain? Rasanya lebih dari menyentuh lagi dan memegang-megang, berpeluk-pelukan dan meraba-raba lagi antara kedua jenis manusia itu. Berdasarkan hadis tersebut, berdosalah orang-orang yang suka bersentuhan dengan perempuan, walaupun berjabat tangan antara keduanya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ada menjelaskan dalam salah satu hadis yang bermaksud: "Barangsiapa yang berjabat tangan (bersalaman) dengan seorang perempuan, maka kelak di hari akhirat, ia akan dirantai dengan rantai api neraka. Dan jikalau ia menciumnya, maka kelak di hari kemudian digunting kedua bibirnya dengan gunting dari api neraka. Dan jika ia berzina dengannya, maka kedua pahanya akan menyaksi kelak di hari kemudian mengenai pekerjaannya yang terkutuk itu, dan Allah sangat murka kepadanya." Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menjelaskan, bagaimana persaksian anggota tubuh kita kelak di hari kemudian. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berbunyi (maksudnya): "Hari ini akan dikuncilah mulut-mulut mereka dan akan berbicara serta bersaksilah tangan mereka (kira-kira katanya nanti, akulah yang memegang perempuan itu) dan menyaksikan kaki-kaki mereka (katanya, akulah yang berjalan pergi ke tempat pelacuran itu) dengan apa-apa yang dilakukan masing-masing." (Yasin 65) Amat berat benarlah yang akan ditanggung oleh manusia-manusia yang melakukan zina itu kelak di hari kemudian dan bagaimana hebat dan pedihnya seksa itu, bergantung kepada kelakuan yang dilakukan masing-masing. Dan kalau menzinai perempuan yang sudah bersuami, maka berlainan pulalah dosa dan seksaannya, sebagaimana menurut hadis juga, pernah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: "Barang siapa berzina dengan perempuan yang bersuami adalah bagi laki-laki dan perempuan yang berzina itu, seksa yang sangat hebat sekali. Nanti pada hari kiamat, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan segala kebajikan laki-laki itu kepada suami perempuan itu dan segala dosa (yang telah dilakukan oleh suami) dipertanggungkan (dibebankan) kepada laki-laki itu. Bila mana suami mengetahui pekerjaan isterinya yang serong itu dengan laki-laki lain (berbuat zina) sedangkan ia dayus (membiarkan sahaja dalam perkara itu), maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan bagi suami itu masuk syurga." Demikianlah serba ringkas bagaimana azab dan seksa bagi orang-orang yang berzina yang sesungguhnya wajiblah kita jauhi sejauh-jauhnya, kerana itu adalah salah satu perbuatan yang mengakibatkan zina dan akan mendatangkan musibah dan keburukan. Dan perlulah dimaklumi, bahawa hendaklah kita selaku orang muslim yang beriman, menjaga dan memelihara diri jangan sekali-kali dihampiri zina itu, kerana sungguh besar mudarat dan dosanya, seronok hanya seketika, tetapi dosanya berpanjangan dan sesungguhnya amat pedih seksaan yang akan diterimanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang ertinya: "Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, supaya ia menutup pandangannya melihat yang terlarang dan menjaga kehormatannya dari kejahatan (jangan berbuat zina) demikianlah yang sebaik-baiknya, Allah Maha Mengerti apa-apa yang mereka lakukan." Dan seterusnya firman Allah Subahanahu wa Ta'ala yang ertinya: "Katakanlah kepada orang-orang yang beriman (wanita) supaya ia menutup pemandangannya dan menjaga kehormatannya, janganlah ia memperlihatkan perhiasannya selain yang biasa nyata kelihatan."